28 Januari 2018

Mahasiswa Aktif VS Mahasiswa Biasa?


Buat kalian-kalian yang udah mahasiswa, pasti pernah denger istilah "kura-kura", atau "kupu-kupu", bahkan "kunang-kunang"? Mungkin ada yang masih asing dengan istilah-istilah itu. Aku bantu perjelas kembali ya. Mahasiswa kura-kura merupakan julukan untuk mahasiswa yang setelah melakukan kegiatan perkuliahan, kemudian disibukkan dengan kegiatan rapat disebuah organisasi, sehingga dijuluki mahasiswa kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat). Mahasiswa kupu-kupu merupakan julukan mahasiswa yang melakukan kegiatan perkuliahan setelah itu pulang, sehingga dijuluki mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Dan mahasiswa kunang-kunang merupakan julukan mahasiswa yang hobi nongkrong dengan teman-temannya, entah itu setelah kuliah atau bahkan sebelum kuliah, sehingga dijuluki mahasiswa kunag-kunang (kuliah nangkring-kuliah nangkring). Jadi termasuk mahasiswa apakah kamu? 😅

Langsung ke pembahasan aja kali ya. Jadi gini, salah satu hal paling menyedihkan yang pernah saya dengar semasa kuliah ini adalah: Ketika ada oknum-oknum mahasiswa yang merasa menjadi mahasiswa "teraktif" dan "hebat", merasa menjadi mahasiswa "paling berpengaruh" karena organisasinya banyak dan kepanitiaan yang ia ikuti membludak, berkata dengan nyinyir dan melecehkan para mahasiswa "biasa" yang memutuskan untuk tidak ikut organisasi dan kepanitiaan. Katanya, mahasiswa-mahasiswa "biasa" tersebut tidak akan mendapatkan softskill seperti yang didapat mahasiswa "aktif", dan organisatoris. Mereka tidak akan mendapatkan relasi dan link yang banyak. Sulit mendapatkan pekerjaan karena tidak pandai berbicara didepan orang banyak.


Dalam sudut pandang saya, selaku pribadi yang melakukan banyak dosa dan kesalahan, serta kemampuan intelektual yang terbatas ini, ingin menanyakan kepada oknum tersebut. Mungkin tepatnya memberikan pernyataan.

Salahkah, jika seorang mahasiswa memutuskan untuk menjadi "mahasiswa biasa". Dimana is memutuskan untuk menjadi mahasiswa yang menyempatkan bertemu orang tuanya yang sudah tua dan susah payah cari uang untuk membayar kuliahnya di akhir pekan? Memperhatikan mereka menua seiring dengan semakin cepat semester-semester berlalu?
Salahkah "mahasiswa biasa" tersebut memilih untuk tidak menyibukkan diri di organisasi, mengikuti rapat dan lain-lain melainkan menyibukkan diri mengerjakan tugas kelompok dimana selalu ada anggota kelompok yang tidak tahu diri-nya sudah melampaui batas. Sibuk mengerjakan tugas kelompok dengan porsi lebih banyak daripada anggota kelompok lainnya. Salahkah?
Salahkah, atau seberdosa itukah "mahasiswa biasa" memilih untuk menjadi "biasa" saja dengan memilih untuk rajin berolahraga di pagi dan sore hari, atau menyisihkan uang untuk menjadi member sebuah gym untuk menyehatkan tubuhnya, tidak seperti anda, wahai oknum, yang merasa sangat membawa perubahan terhadap kampus, yang tidak sempat berolahraga karena terlalu sibuk mencaci orang yang tidak sesibuk anda. 
Salahkah "mahasiswa biasa" memutuskan untuk tidak mengikuti organisasi seperti anda, wahai oknum, karena ia lebih memilih menggunakan uang dan waktunya untuk les piano, gitar, vokal, karena ia memiliki bakat di bidang tersebut?
Salahkah "mahasiswa biasa" memutuskan untuk memilih memperbanyak ibadah untuk mendengarkan ceramah agama, bangun tengah malam bukan karena deadline LPJ namun kaena ingin bercengkrama dengan Sang Khalik di sholat tahajudnya? Pukul 7 malam, ia bersiap-siap dan membersihkan diri bukan untuk rapat melainkan untuk bertadarus? Hari Minggu memperindah diri bukan untuk survey ini-itu kesana-kemari namun untuk pergi ke tempat ibadah dimana ia berterima kasih kepada Sang Pencipta atas segalanya?


Wahai oknum. Softskill, relasi, dan pekerjaan bukan anda dan organisasi yang menentukannya. Mungkin berpengaruh, namun tidak sedemikian rupa pengaruhnya. Attitude lah yang menentukannya! Tuhan Yang Maha Esa lah yang berhak atas segalanya!
Bukankah dengan mengerjakan tugas kelompok itu juga merupakan softskill? Bagaimana tidak? Mencari literature, membuat presentasi dan makalah dengan baik, dan memahami orang yang sibuk juga merupakan hal penting. 
Bagaimana anda bisa mendapatkan relasi jika anda bukan orang yang cerdas dalam bersikap? Tidak ramah, tidak sopan, selalu ingin menang, gila hormat untuk dipuji dan dihargai namum lupa menghargai? 
Bagaimana orang bisa betah jika anda berpura-pura berkata lembut kepada orang padahal anda berkata buruk tentang teman satu panitia kepada yang jabatannya lebih tinggi? Kepada ketua anda, mungkin? Relasi akan bubar jika disetiap acara anda selalu ingin menjadi raja atau ratu! Kebusukan akan terbongkar semuanya, ingat. Anda masih berada dilingkup organisasi, loh.

Yang perlu ditekankan sekali lagi disini:
Salahkah jika "mahasiswa biasa" tidak ikut organisasi karena harus bekerja paruh waktu untuk membiayai hidupnya?!
Yang salah adalah ketika menjadi mahasiswa yang sangat apatis. Ketika ada acara kampus, tidak mau tau dan menganggap hal yang tabu jika ikut hadir di acara terebut. Yang salah adalah sudah tidak ikut organisasi dan semacamnya tapi malah sok sibuk, tidak mengerjakan tugas kelompok, sibuk bermain, tidak tepat waktu mengerjakan laporan, tidak hadir kuliah tapi rajin titip absen, menghabiskan jatah uang bulanan dari orang tua untuk foya-foya, dan senang bergaul dengan pergaulan yang bebas.


Jadi, belajarlah untuk lebih menghargai lagi keputusan orang lain. Kita sama-sama manusia, sehingga hanya Tuhan lah yang berhak menilai dan menghakimi. Anda pun sebenarnya tidak hebat, tidak berpengaruh, tidak membanggakan kampus,dan pandai mengambil hati orang. Jadi mungkin hebat, berpengaruh karena anda sangat "aktif" itu hanya perasaan anda saja. Tidak ada yang salah dengan teman-teman kita yang memilih untuk sibuk dan membanggakan kampus dengan cara yang lain. Kita lah yang harus belajar menghargai dan mengapresiasi orang lain.

Penting:
1. Saya bilang "oknum", artinya tidak semua orang aktif organisasi dan kepanitiaan seperti itu.
2. Saya adalah seorang mahasiswa yang aktif berorganisasi dan sangat sering ditunjuk sebagai bagian dari kepanitiaan, sehingga saya tidak berdiri untuk membela suatu kaum tertentu. Saya hanya mencoba berpikir dalam sisi yang berbeda, andai saya jadi mahasiswa non organisatoris dan dihina sedemikian rupa.
3. Apabila tulisan saya ini memiliki khilaf, saya memohon maaf. Saya manusia yang tidak ada hebatnya, tidak terlalu intelek, masih belum bisa membanggakan kampus, dan belum bisa membanggakan orang tua.
4. Bagi kalian yang membaca tulisan ini, semoga dihindari dari oknum-oknum seperti itu. Teruslah melangkah dengan besar hati atas semua hinaan, teruslah berprestasi, teruslah jenguk orang tua, teruslah beribadah, teruslah tingkatkan bakat kalian. Bagi yang aktif berorganisasi, lanjutkanlah. Tetap kuat dalam melakukan pergerakan yang positif. Selalu jaga kesehatan, serta jangan lupakan Tuhan dan orang tua. 

GOD BLESS YOU ALL 💕

0 komentar: