17 Januari 2017

Karena yang Terpenting itu Etika

Hai readers, udah lama gak pernah ngeblog lagi ya. Ngeblognya cuman pas bener-bener nganggur doang. Gapapa lah, mengisi kekosongan yakan. Hehe. Oh iya, aku ngeblog juga karena kemaren Ayahku ulangtahun yang ke-….. (sengaja gak diisi, tau lah apa alasannya wkwk). Isinya bukan tentang ulang tahun ayahku yang aku tulis ya, tapi disini aku wajib memberikan apresiasi yang luar biasa untuk beliau, karena selama ini, selama aku dan beliau hidup bersama, beliau telah mendidik aku menjadi anak yang mandiri, tau aturan meskipun sesekali melanggar dan bahkan alhamdulillah aku tau etika yang baik dalam lingkungan sosialku. Dari kecil, aku sudah dididik dengan tegas dan keras, menjadi anak yang tahan banting agar sewaktu aku tumbuh dewasa aku menjadi gadis yang tidak manja! Semua pasti perlu proses. Proses yang sangat menyakitkan menurutku, karena sewaktu aku kecil, aku sudah mendapat banyak luka fisik yang diakibatkan oleh kenakalanku sendiri. Ini bukan kekerasan anak, aku tahu dan sangat paham bahwa itu suatu tindak ketegasan agar aku tidak mengulangi sebuah kesalahan yang sama. Agar aku menjadi anak perempuan yang sesuai dengan adab dilingkungannya. Dan aku sangat bersyukur pernah mengalami pengalaman itu. Karena, aku sekarang tumbuh menjadi gadis yang stabil dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkunganku sendiri. Aku menjadi gadis yang tidak manja, aku menjadi gadis yang paham dengan etika, aku menjadi gadis yang tidak cengeng, meskipun aku mempunyai hati yang sangat sensitive di beberapa situasi. Aku sangat bangga dengan diriku, terlebih aku sangat bangga dengan ayah dan ibuku, karena telah mendidikku menjadi anak yang ya… aku sendiri tidak mau terlalu berlebihan menyebut diriku. Biarkan orang lain yang menilaiku. 


Disisi lain, aku harap orang tua diluar sana tahu mana yang baik untuk kehidupan anaknya, tahu mana hal yang harus ditanam pada diri anak sedari kecil, agar menjadi anak yang baik untuk lingkungannya. Bukan berarti aku menyuruh para orang tua harus seperti orang tuaku, tidak sama sekali. Aku hanya ingin mengingatkan saja, bahwa anak-anak yang dididik dalam keluarga yang penuh kesantunan, etika, tata krama dan sikap kesederhanaan akan tumbuh menjadi anak-anak yang tangguh, disenangi dan disegani banyak orang.
Mereka tau aturan makan table manner di restoran mewah.
Tapi tidak canggung makan di warteg kaki lima.

Mereka sanggup beli barang barang mewah.
Tapi tau mana yang keinginan dan kebutuhan.

Mereka biasa pergi naik pesawat antar kota.
Tapi santai saja saat harus naik angkot kemana-mana.

Mereka berbicara formal saat bertemu orang berpendidikan.
Tapi mampu berbicara santai bertemu orang jalanan.

Mereka berbicara visioner saat bertemu rekan kerja.
Tapi mampu bercanda lepas bertemu teman sekolah.

Mereka tidak norak saat bertemu orang kaya.
Tapi juga tidak merendahkan orang yang lebih (maaf) miskin darinya.

Mereka mampu membeli barang-barang bergengsi.
Tapi sadar kalau yang membuat dirinya bergengsi adalah kualitas dan kapasitas dirinya, bukan dari barang yang dikenakan.

Mereka punya. Tapi tidak teriak kemana-mana. Kerendahan hati yang membuat orang lain respect dengan dirinya. Jangan didik anak dari kecil dengan penuh kemanjaan, apalagi sampai melupakan kesantunan, etika, dan tata krama. Hal-hal sederhana tentang kesantunan seperti: pamit sewaktu pergi dari rumah, permisi saat masuk ke rumah teman (karena ternyata banyak orang masuk ke rumah orang tidak punya sopan santun, tidak menyapa orang-orang yg ada di rumah itu), mengembalikan pinjeman uang sekecil apapun, berani minta maaf saat melakukan kesalahan dan tau terima kasih jika telah dibantu sekecil apapun. Kelihatannya sederhana, tapi orang yang tidak punya attitude itu (maaf) enekkin banget. Bersyukurlah, bukan karena kita terlahir di keluarga yang kaya atau cukup. Bersyukurlah kalau kita terlahir di keluarga yang mengajarkan kita kesantunan, etika, tata krama dan kesederhanaan. Karena ini jauh lebih mahal daripada sekedar uang.

Sumber: Kompasiana 

-DH-

0 komentar: